KISAH INSPIRATIF MENJADI SEORANG GURU


2005……MEMULAI BABAK BARU PERJALANAN
MEWUJUDKAN MIMPI ANAK NEGERI
(Memaknai Hidup)

By. Ukha_1217

Tahun 2005 adalah babak baru perjalanan saya dalam mewujudkan mimpi anak negeri, awal saya menjejaki kaki di bidang pengajaran, tahun dimana saya baru saja menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Makassar hanya berselang satu minggu setelah ujian meja dosen menelpon saya untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di kota Makassar. Inilah awal saya menjadi seorang guru, awal saya berkarir di dunia pendidikan, berbaur dengan peserta didik yang memiliki karakter berbeda apalagi sekolah saya waktu itu adalah salah satu sekolah swasta terfavorit di kota Makassar dengan jumlah siswa lebih dari seribu orang.
Mengajar di sekolah swasta ternyata memberikan saya banyak tantangan dan motivasi besar dalam mengajar dan mendidik siswa karena selain mengajarkan ilmu kebumian saya juga wajib menanamkan pengajaran akhlak dan budi pekerti dimana umur saya saat itu masih terlalu muda untuk tampil mendidik di depan siswa. Terkadang saya minder karena siswa yang saya ajar adalah siswa dengan ekonomi kelas menengah sampai kelas elite tapi dengan keteguhan hati, semangat untuk mengajar, dan motivasi dari dosen serta teman-teman kuliah alhamdulillah saya mampu bertahan, dan berkat kedisiplinan saya dipercaya oleh bapak Kepala Sekolah untuk menjadi wali kelas waktu itu.. Bukan hal mudah mengajar, mendidik dan menjadi wali kelas untuk siswa sekolah swasta dimana kebiasan mereka dirumah yang penuh dengan kemewahan, itu adalah tantangan terbesar bagi saya pribadi ketika mendapati anak wali saya tidak sampai di sekolah dan mereka malah nongkrong di warung internet, café, warung video game, mall, diskotik. Dari penelurusan saya dengan dunia mereka ternyata penyebab siswa berpaling dari bangku sekolah adalah broken home dan pengaruh lingkungan.

Tahun 2008 adalah tahun terbaik saya di sekolah swasta tersebut karena saya meraih penghargaan sebagai guru terfavorit yang dipilih oleh seluruh siswa, hal ini membuat saya terharu karena begitu besar apresiasi yang diberikan oleh para siswa kepada saya sebagai guru honor selama tiga tahun mengajar dan mendidik mereka. Apa yang,,,,,,,,,,,,,kita bahwa didiklah siswamu sesuai dengan jamannya adalah hal yang sangat benar karena kita sebagai guru tentu memiliki perbedaan jaman dengan mereka sehingga sebagai pendidik kita wajib terus belajar, berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran agar tidak terlihat membosankan karena peserta didik kita adalah anak yang lahir di era digital native, artinya sejak lahir mereka telah bersentuhan dengan komputer. Untuk mengimbangi siswa kita yang merupakan pengguna aktif alat digital, pendidik wajib memahami berbagai alat digital, menggunakan alat digital dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Menjadi seorang guru bukanlah cita-cita saya, tapi ternyata Allah telah memilihkan yang terbaik untuk saya. Tahun 2009 saya lulus menjadi PNS di kabupaten Sidrap, otomatis saya harus pamit dan meninggalkan sekolah favorit yang begitu berkesan, banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan, bukan hanya pengalaman dalam mengajar dan mendidik siswa tapi belajar bagaimana menjadi orang tua, saudara bagi siswa yang penuh dengan problematika kehidupan perkotaan. Yang saya pahami dari mereka bahwa tidak ada siswa yang nakal, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada hanyalah kurangnya perhatian dari orang tua yang hanya sibuk dengan karir, pekerjaan, yang mungkin bagi orang tua itu untuk kebaikan anak-anaknya tapi orang tua tidak pernah menyadari bahwa, ketika sudah di lingkungan rumah seluruh perhatian adalah untuk keluarga, untuk suami, istri dan anak dan sesibuk apapun orang tua, keluarga adalah yang utama, karena kurangnya perhatian orang tua berdampak negatif besar bagi anak atau siswa, seperti pasif dalam berteman, kenakalan remaja, berkenalan dengan obat terlarang, seks bebas, pendidikan berantakan, tidak memiliki semangat hidup untuk berkarya, belajar, dan berprestasi. Jadi, sebelum menyalahkan guru sebagai orang tua di sekolah, orang tua di rumah harus bercermin pada diri sendiri apakah mereka sudah sepenuhnya memperhatikan anak-anaknya, mendengar curahan hati anak-anaknya, menanyakan kegiatan anak di sekolah, berkenalan dengan teman-teman anaknya, bagaimana lingkungan luar sekolah anaknya, karena semua itu akan mencegah anak atau siswa memiliki kesempatan untuk berkenalan dengan pergaulan bebas.
Sekolah kedua saya ini, terletak di bagian selatan kabupaten Sidrap, tepatnya di SMAN 1 Panca Lautang yang tergolong sekolah baru, walaupun saya terlahir di kabupaten Sidrap tapi sangat jarang ke daerah Panca Lautang. Proses adaptasi terhadap lingkungan adalah hal pertama yang harus saya lakukan karena banyak perbedaan antara kedua sekolah yang saya tempati mengajar, tentunya di kota Makassar, siswa lebih aktif dalam berbagai kegiatan, prestasi bukan hanya di sekolah tapi di luar sekolah, berbagai macam kegiatan ekskul dan tentunya fasilitas yang lebih lengkap dan modern. Oleh karena itu, saya berupaya membuat kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah. Yang pertama harus saya ubah adalah Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah. Berbagai kesulitan yang saya hadapi mengajar di sekolah yang baru, terutama jarak sekolah dengan rumah orang tua sangat jauh, sehingga jam pelajaran saya harus dimulai pada jam pelajaran ketiga, tingkat pemahaman siswa tergolong sedang, dan media pembelajaran masih kurang.
Setiap kesulitan pasti ada kemudahannya, segala sesuatu itu sulit tapi bisa, itulah kalimat yang membangun motivasi saya di sekolah itu, kekurangan media pembelajaran tidak membuat saya harus patah semangat untuk mengajar dan mendidik siswa, hal itu adalah tantangan tersendiri buat saya. Sejak awal saya dipercayakan menjadi wali kelas memberikan kemudahan buat saya untuk merangkul siswa dalam berbagai kegiatan. Hal pertama yang saya tanamkan adalah budayakan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, karena mereka tidak hanya akan menjadi siswa tapi kelak akan memiliki status sebagai mahasiswa, baik di kota kabupaten maupun di kota provinsi, tentunya siswa akan bergaul dengan siswa dari berbagai daerah dan yang dapat menyatukan adalah bahasa Indonesia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak yang besar terhadap berbagai aspek, salah satunya dalam dunia pendidikan. Peserta didik kita ketika lahir sudah bersentuhan langsung dengan teknologi komputer dan diyakini memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik sebelumnya. Generasi ini menurut Marc Prensky (2001) disebut dengan istilah Digital Native/Digital Sejak Lahir.
Konsep Digital Native mampu menyadarkan kita tentang perlunya memperhatikan lebih cermat bagaimana sesungguhnya perilaku dan tabiat generasi yang lahir bersamaan dengan kelahiran internet dan telepon selular. Dalam konteks pendidikan, hal ini sangat relevan dengan perubahan dalam cara belajar peserta didik serta kesenjangan antara pendidik dengan peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan atau pengajaran yang benar dan terarah dari orang tua dan guru untuk membimbing peserta didik memanfaatkan teknologi informasi yang cerdas dan sehat seperti aplikasi yang dapat memetakan proses pembelajaran seperti ujian online, diskusi, dan sistem penilaian/e-learning system. Dan hal inilah yang saya terapkan untuk memanfaatkan teknologi dalam kegiatan pembelajaran geografi selain menggunakan media sederhana juga mengimplementasikan teknologi digital, maka siswa wajib diajarkan dalam pemakaian teknologinya, dibimbing dampak positifnya, apalagi siswa telah terbiasa dengan pemakaian smartphone. Sebagai pendidik, guru wajib mengarahkan siswa dalam pemakaian teknologi digital dan internet dengan cerdas, mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran memberikan dampak positif yang besar bagi siswa. Guru sebagai pendidik harus mampu dan siap mengantarkan peserta didik menuju era digital, membekali peserta didik dengan core skill atau keterampilan–keterampilan inti yang biasa disebut dengan keterampilan abad 21.Hal ini didasarkan pada sebuah kenyataan bahwa perkembangan teknologi berdampak positif dan negatif.
Guru atau pendidik dalam hal ini memfasilitasi  proses belajar siswa. Setiap guru atau pendidik memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, belajar hanya dapat terjadi apabila peserta didik sendiri termotivasi untuk belajar, guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji. Sehingga peserta didik belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan peserta didik sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, utamanya yang menyangkut penggunaan teknologi informasi yang berdampak besar bagi kehidupan peserta didik. Teknologi dapat mengubah peserta didik secara baik ataupun buruk tergantung kondisi lingkungannya. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru sangat besar dalam mengenalkan teknologi informasi yang berdaya guna utamanya diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Awal tahun 2015 saya mengajukan mutasi ke kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tepatnya di SMAN 1 Ma’rang. Tidak pernah terbayangkan saya akan menjadi bagian kabupaten ini yang terkenal dengan ikan bandengnya. Menjadi guru baru tentu menjadi keistimewaan tersendiri bagi saya dan banyak suka duka yang menjadikan saya lebih dewasa dalam mencetak generasi emas Indonesia. Profesi guru bukan hal yang mudah karena guru adalah pendidik yang profesional keberhasilan proses pendidikan bergantung dari pendidik dan peserta didiknya. Guru adalah mata rantai pendidikan di sekolah, yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, mulai dari mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi, sehingga dapat mencetak generasi berakhlak mulia, berkarakter, cerdas dan berprestasi oleh karena itu hal yang paling utama yang harus ditanamkan dalam diri siswa adalah pendidikan karakter.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan potensi, mengembangkan kebiasaan dan perilaku, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, mengembangkan kemampuan, dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah. Pendidikan karakter bukan hal yang mudah dilakukan terutama untuk peserta didik SMA karena telah ada karakter dalam diri siswa yang terbentuk sehingga pendidikan karakter dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar, budaya sekolah melalui kegiatan keseharian di lingkungan sekolah, kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, PMR, KIR, dan penerapan kebiasaan sehari-hari di rumah, hal ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua.
Akhirnya dalam tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa siswa kita adalah generasi emas bangsa Indonesia, penulis dan pencipta karya masa depan, mereka wajib mendapatkan haknya dalam pendidikan. Dan saya ingin mengutip sebuah tulisan “teknologi tidak akan pernah menggantikan guru, tapi guru yang tidak menggunakan teknologi akan tergeser oleh guru yang menggunakan teknologi”. Terus berkarya dan  tuangkan dalam tulisan karena guru yang menulis akan selalu ada dalam sejarah.      

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KISAH INSPIRATIF MENJADI SEORANG GURU"

Posting Komentar