BEST PRACTICE PEMENANG KE 3 LOMBA MENULIS ARTIKEL PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT NASIONAL TAHUN 2019


IMPLEMENTASI METODE M2P BERBASIS ANDROID PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PESERTA DIDIK EXTERNALIZING BEHAVIOR

By. Ukha_1217


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
   Sekolah merupakan lingkungan kedua tempat anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya,  diperuntukkan bagi anak siapa saja dan dari kalangan mana saja tanpa pandang bulu karena setiap orang memiliki hak yang sama dalam pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.


   Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian internal dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa sekarang dimana tradisi dan budaya semakin terkikis oleh teknologi.

   Manusia lahir dengan karakter yang berbeda-beda, kemudian terbentuk oleh lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama, kemudian peserta didik memasuki lingkungan kedua yaitu sekolah sebagai tempat berlatih dan menumbuhkembangkan karakternya sehingga di sekolah ada peserta didik yang memiliki bakat istimewa dan peserta didik yang memiliki bakat pada umumnya.

   Peserta didik dengan bakat istimewa seperti externalizing behavior maupun internalizing behavior yaitu anak-anak yang berkelainan maupun yang berbakat, anak-anak jalanan, pekerja anak, anak-anak dari masyarakat terpencil atau berpindah-pindah tempat, anak-anak dari suku-suku yang berbahasa, etnik atau budaya minoritas dan anak-anak yang rawan termarjinalkan lainnya harus mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah.

   SMAN 9 PANGKEP adalah salah satu sekolah di kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang
merupakan kabupaten dengan tiga dimensi yaitu kepulauan, daratan dan pegunungan sehingga kondisi geografis sangat mempengaruhi karakter peserta didik. Sejalan dengan perkembangan sekolah ini selama 10 tahun berdirinya memiliki peserta didik yang memiliki sifat istimewa adalah peserta didik externalizing behavior yaitu peserta didik yang memiliki kebiasaan bolos, tidak betah dalam kelas (jam ke3 sudah menghilang dari kelas) lebih suka nongkrong di kantin, dan malas mengerjakan tugas.

   Peserta didik yang memiliki sifat istimewa tidak seharusnya dihukum atau dikeluarkan dari sekolah akan tetapi perlu dimengerti, mencari solusi mengapa peserta didik externalizing behavior hanya betah belajar sampai jam 9 pagi, lebih suka di kantin dan bolos dengan cara lompat pagar. Solusi dapat dicapai melalui kerjasama antara guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran dan orang tua sebagai pendidikan pertama dan utama peserta didik.

   Dengan mencari solusi berarti sekolah telah memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki sifat istimewa yaitu externalizing behavior untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sama dengan peserta didik lainnya. Sesuai dengan Permendiknas nomor 70 tahun 2009 dinyatakan bahwa dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

   Dari permasalahan di atas sebagai guru mata pelajaran penulis tertantang untuk mencari solusi yang berkaitan dengan mata pelajaran geografi yaitu memberikan metode pembelajaran yang berbasis android kepada peserta didik externalizing behavior. Metode ini berbasis android karena penulis sekaligus guru mata pelajaran geografi menyadari bahwa peserta didik kita adalah generasi digital native dimana kebiasaan sehari-hari berhubungan dengan teknologi digital seperti smartphone, handphone, dan laptop.

   Peserta didik externalizing behavior tidak berbeda dengan peserta didik pada umumnya dalam penggunaaan smartphone, sehingga penulis menerapkan metode pembelajaran yang dituangkan dalam best practice yang berjudul “Implementasi Metode M2P Berbasis Android Pada Mata Pelajaran Geografi Untuk Peserta Didik Externalizing behavior”.

B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk implementasi metode M2P berbasis android pada mata pelajaran geografi   
    untuk peserta didik externalizing behavior ?
2. Bagaimana gambaran perkembangan nilai sikap dan minat belajar peserta didik setelah 
    mengimplementasikan metode M2P berbasis android dalam pembelajaran geografi untuk peserta 
    didik externalizing behavior ?

C. Tujuan
Implementasi metode M2P berbasis android memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui bentuk implementasi metode M2P berbasis android dalam pembelajaran geografi
    untuk peserta didik externalizing behavior.
2. Memberikan gambaran perkembangan nilai sikap dan minat belajar peserta didik setelah
    mengimplementasikan metode M2P berbasis android dalam pembelajaran geografi untuk peserta
    didik externalizing behavior.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan meliputi :
1. Bagi Sekolah. Karya ini dapat digunakan sebagai salah satu materi In House Training untuk guru
    dalam memahami peserta didik externalizing behavior.
2. Bagi Guru. Diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalitasnya dalam proses pembelajaran
    dengan mengimplementasikan salah satu metode pembelajaran di kelas.
3. Bagi Peserta didik. Diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan minat belajarnya.
4. Bagi Masyarakat dan Pemerhati Pendidikan. Sebagai bahan masukan dalam proses belajar
    mengajar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan Inklusif
  Pendidikan inklusif merupakan sebuah konsep yang muncul untuk memberi solusi terhadap persoalan pendidikan yang belum sepenuhnya dapat diakses oleh setiap orang karena berbagai keterbatasan yang mereka miliki, baik fisik, kognitif, sosial ekonomi atau individu berkebutuhan khusus (IBK). Pendidikan inklusif memandang bahwa semua anak seharusnya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada diantara mereka, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 70 tahun 2009.

   Menurut Mardiah (2018:4) Pendidikan inklusif terbentuk oleh sebuah deklarasi Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus tahun 1994, berisi dokumen internasional utama tentang prinsip-prinsip dan praktik pendidikan inklusif. Ada beberapa prinsip fundamental yang dibahas dalam dua dokumen tersebut antara lain adalah (a) anak-anak memiliki keberagaman yang luas dalam karakteristik dan kebutuhannya, (b) bahwa keberbedaan adalah hal yang normal (c) sekolah perlu untuk mengakomodir kebutuhan semua peserta didik (d) anak berkebutuhan khusus sebaiknya bersekolah di sekitar tempat tinggalnya (e) pendidikan inklusif membutuhkan partisipasi dari seluruh komponen komunitas atau masyarakat, (f), pengajaran dalam sekolah inklusif harus disesuaikan dengan kondisi setiap anak, dengan menerapkan kurikulum yang berdiferensiasi.

B. Externalizing Behavior
   Gangguan tunalaras atau gangguan emosi dan perilaku. Menurut Hallahan dan Kauffman (2006) dalam Mardiah (2018:4) dapat dimulai dari tiga ciri khas kondisi emosi dan perilaku, yakni (1) tingkah laku yang sangat ekstrim dan bukan hanya berbeda dengan tingkah laku anak lainnya, (2) suatu problem emosi dan perilaku yang kronis, yang tidak muncul secara langsung, (3) tingkah laku yang tidak diharapkan oleh lingkungan karena bertentangan dengan harapan sosial dan kultural. Dengan kata lain tunalaras atau gangguan emosi memiliki kesulitan dalam penyesuaian diri dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain.

   Simptom gangguan emosi dan perilaku dibagi menjadi dua macam dan memiliki perbedaan yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior. Externalizing behavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Tipe externalizing behavior berupa conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi atau perilaku.

   Sebagian dari perilaku ini adalah sifat yang dimiliki oleh tiga peserta didik yang berada di SMAN 9 Pangkep. Perilaku-perilaku tersebut seperti: berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menyendiri, bersembunyi jika ada guru, cuek, malas, dan bolos dengan cara lompat pagar. Akibatnya peserta didik ini, menunjukkan perilaku immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang. Beberapa di antara mereka mengasingkan diri untuk berkhayal atau melamun, merasakan ketakutan.

   Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa gejala emosi dan perilaku yang berbeda seringkali mendapat respon yang negatif bahkan penolakan dari masyarakat. Dilematisnya adalah akibat dari penolakan tersebut gangguan emosi dan perilaku yang muncul bukannya teratasi, namun justru menjadi bertambah kuat.

   Sebagaimana dijelaskan oleh Hallahan dan Kauffman (2006) dalam Mardiah (2018:5) bahwa secara sosial dan emosi, karakteristik anak dengan tunalaras akan mengakibatkan penolakan sosial. Penolakan lingkungan tersebut akan dimulai dari teman sebayanya dan teman di lingkungan sekolahnya. Akibatnya anak tidak mudah memahami dan terampil menggunakan bahasa dalam lingkungannya sendiri. Begitupula dalam memahami materi pelajaran akan mengalami kendala karena bahasa adalah aspek utama pendidik dan peserta didik dalam berkomunikasi dan memahami isi materi serta menanyakan kesulitan yang dihadapi peserta didik.

C. Mind Map Berbasis Android
    Pembelajaran abad 21 menuntut perubahan dari pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran aktif untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia. Dunia pendidikan harus mengalami tranformasi agar dapat relevan dengan tantangan masa kini yaitu dunia digital dimana guru dan peserta didik harus mampu beradaptasi dengan teknologi bahkan berinovasi dalam pembelajaran. Guru abad 21 berperan sebagai fasilitator dan motivator.

   Pembelajaran geografi juga membutuhkan transformasi, begitu pula posisinya sebagai guru harus bisa mengimplmentasikan ICT dan non ICT dalam pembelajaran. Mengapa peserta didik sangat mengapresiasi dunia digital ??? Dalam kesehariannya peserta didik tidak pernah terlepas dari smartphone, media sosial, hal ini sebuah kewajaran karena dunia digital creative adalah dunia mereka yang sejak lahir telah bersentuhan dengan teknologi yang disebut dengan generasi digital native.

   Pengguna digital native menitikberatkan pada anak-anak TK hingga mahasiswa di perguruan tinggi karena mereka setiap harinya aktif menggunakan komputer, laptop, internet, handphone, dan smartphone sehingga tidak mengherankan jika seorang bayi sekalipun menyukai handphone yang diputarkan musik. Termasuk didalamnya peserta didik externalizing behavior, di SMAN 9 PANGKEP mereka aktif dalam penggunaan smartphone sehingga penulis sekaligus guru mata pelajaran geografi sangat antusias untuk merubah pola pikir peserta didik externalizing behavior untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan minat belajarnya melalui metode M2P berbasis android.

   Dampak teknologi sangat besar terhadap perilaku para digital native karena mampu menerima informasi dengan cepat, terupdate dan mampu melakukan pekerjaan lebih dari satu (multi tasks). Perilaku digital native bekerja, berkreasi dalam situasi yang serius namun santai, bekerja tim, dan mampu bekerja secara multi tasks. Berkaitan dengan hal di atas, gurulah yang mampu menghidupkan suasana kelas dengan baik, mengatur kegiatan pembelajaran dengan berinovasi.

    Penggunaan teknologi sangat tepat diberikan kepada peserta didik karena sebagai digital immigrant (seseorang dimana masa anak-anak hingga remajanya sudah terlewati kemudian berkembang komputer) seorang guru tidak mampu menghambat perkembangan teknologi. Yang harus dilakukan adalah mengikuti zaman generasi digital native, dan menyeimbangkan sehingga gurulah yang harus mengajarkan peserta didik tentang manfaat aplikasi yang terdapat dalam smartphone.

   Berkaitan dengan penjelasan di atas, salah satu metode pembelajaran yang sering penulis terapkan dalam pembelajaran geografi adalah M2P yaitu Mind Map Presentasi Berbasis Android. Mind Map juga biasa disebut Pemetaan Pikiran adalah suatu metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan menggunakan otak kanan dan otak kirinya secara simultan. Metode ini diperkenalkan oleh Tony Buzan pada tahun 1974, seorang ahli pengembangan potensi manusia dari Inggris. Tipe peta pikiran ini berisi simbol, gambar, dan warna untuk memberikan stimulus pada otak dalam menyimpan serta memanggil suatu informasi dari otak.

    Menurut Susana Widyastutri (2010:3) dalam Akhmad Nurkholis (2015:15) Mind Map merupakan salah satu metode mempelajari sesuatu menurut bagaimana cara otak kita bekerja dalam mengolah informasi. Cara menyimpan informasi dalam otak manusia tidak secara berurutan dan tersusun., melainkan terpisah-pisah pada sel syaraf yang bercabang. Mind Map mengadopsi cara kerja otak tersebut agar dapat memaksimalkan penyimpanan maupun pengambilan informasi dalam otak.

   Bentuk peta pikiran adalah suatu gagasan utama di tengah dengan beberapa cabang garis lengkung menyerupai cabang pohon dan di ujung cabang itu memiliki ranting-ranting berisi poin penjelas. Dalam perkembangannnya, peta pikiran mengalami berbagai perkembangan mulai dari bentuknya sampai pada cara membuatnya.

Adapun manfaat dari Mind Map adalah :
1. Membebaskan imajinasi dalam menggali ide-ide sehingga menjadi lebih kreatif.
2. Lebih mudah mengingat fakta dan angka.
3. Membantu berkonsentrasi dan menghemat waktu.
4. Cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar
    dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif.
5. Membantu otak berpikir secara teratur.
6. Proses belajar akan terasa lebih mudah.

   Warna dan gambar dalam Mind Map menjadi hal yang penting karena menurut Buzan (2013, p. 22) dalam Akhmad Nurkholis (2015) bahwa “Mind Map adalah cara yang mudah untuk membangkitkan imajinasi dan membantu anda mengingat. Ini karena Mind Map melibatkan sisi kanan otak secara alami melalui penggunaan warna dan gambar”. Dengan begitu dapat dipahami bahwa ternyata gambar dan warna memiliki peran penting untuk membantu mengingat oleh otak. Oleh karena itulah, dalam Mind Map digunakan gambar dan warna.

   Peserta didik diajak mencatat dengan kreatif dan efektif sekaligus mengasah kemampuan eksplorasi otak untuk berpikir dan belajar menemukan informasi untuk memudahkan otak mengingat informasi tersebut ke dalam suatu bentuk grafis yang mengandung warna dan gambar.

   Kemampuan eksplorasi otak peserta didik untuk belajar dan berpikir menemukan informasi dalam bentuk grafis yang mengandung warna dan gambar semakin mudah dengan menggunakan aplikasi di android yang dapat diinstall melalui play store atau google play yaitu aplikasi Simple Mind Free, adalah sebuah aplikasi android yang memungkinkan peserta didik untuk membuat peta pikiran dari antarmuka yang sederhana dan praktis.

   Peserta didik dapat langsung menggambar nodus dan koneksi diantaranya menggunakan gestur dan sentuhan. Menggunakan peta pikiran adalah cara yang paling praktis dalam mengekspresikan sekelompok ide secara visual, baik saat menyajikan sebuah proyek maupun perspektif pikiran atau rencana yang lebih teratur.

   Pilihan penyesuaian yang ada terbatas, namun masih mencakup kebutuhan dasar dalam membuat peta pikiran, mislanya dapat mengganti kata, frasa dan warna pada setiap nodus. Demikian pula, tersedia tema visual otomatis yang dapat mengubah keseluruhan penampilan peta, termasuk bentuk dan gaya dasar konektornya. Sekaligus dapat mengganti keseluruhan gaya peta dalam hal ukuran dan huruf. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.


Gambar 1. Aplikasi Simple Mind Free

D. Laporan Praktik Baik Yang Relevan
   Penelitian terdahulu dengan kajian yang hampir sama yaitu pengembangan media pembelajaran Mind Map pernah dilakukan. Berikut beberapa penelitian dengan kajian yang hampir sama. Pertama, Akhmad Nurkholis (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Mind Map Berbasis Adobe Flash Dalam Mata Pelajaran Teknik Elektronika Dasar Di SMK Negeri 1 Magelang. Fokus dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana langkah pengembangan media pembelajaran Mind Map berbasis Adobe Flash yang layak untuk diterapkan sebagai media pembelajaran, untuk mengetahui kelayakan produk media pembelajaran Mind Map berbasis Adobe Flash pada pokok bahasan transistor di SMK Negeri 1 Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development).

   Kedua, Penelitian dari Fitri Wijayanti (2018) dengan judul Media Pembelajaran Mobile Dengan Menggunakan Mind Map Sebagai Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Sistem Komputer Di SMK Negeri 3 Buduran Sidoarjo. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menguji kelayakan media pembelajaran mobile menggunakan Mind Map pada mata pelajaran sistem komputer (2) Mengetahui hubungan antara motivasi dan hasil belajar dengan media mobile menggunakan Mind Map. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan penelitian pengembangan ADDIE.

  Ketiga, Susilo Tri Widodo, Rudi Salam, dan Fitria Dwi Prasetayaningtyas (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Aplikasi Mind Map Sebagai Media Inovatif Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Peneliti sebagai pendidik mencoba merencanakan menguatkan dengan mengembangkan salah satu komponen pembelajaran dalam rancangan pembelajarannya melalui media. Penelitian ini merupakan penelitian pendidikan dengan pendekatan pengembangan (Research and Development) yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

E. Kerangka Pemikiran



Gambar 2. Kerangka Pikir

F. Hipotesis/Solusi
   Implementasi M2P berbasis android dapat mengubah pola pikir, mengubah perilaku yang lebih baik dan meningkatkan minat belajar peserta didik externalizing behavior. Guru melakukan observasi langsung kepada peserta didik externalizing behavior, sharing dengan guru BK dan wali kelas untuk memahami perilaku dan minat belajarnya sekaligus mencari solusi bersama untuk mengubah perilaku kurang baik peserta didik externalizing behavior. Dari observasi, guru dapat mengambil langkah kedua dengan mengimplementasikan metode pembelajaran di kelas yaitu menerapkan metode M2P yaitu Mind Map dan Presentasi berupa Peta Pikiran yang dapat merangsang minat belajar, mengubah pola pikirnya dan otomatis dapat mengubah perilaku peserta didik externalizing behavior yang tergolong cuek, malas mengerjakan tugas, tidak betah di kelas dan bolos.


BAB III
PEMBAHASAN

A. Bentuk Implementasi Metode M2P Berbasis Android
   Dalam pembelajaran geografi peta adalah materi yang sangat penting bukan hanya sebagai petunjuk arah tetapi peserta didik harus mampu membuat dan memahami isi dari peta tersebut. Sehingga guru perlu membuat metode yang mudah dipahami peserta didik. Mind Map atau peta pikiran adalah cara yang mudah untuk membangkitkan imajinasi dan membantu peserta didik untuk mengingat. Ini karena Mind Map melibatkan sisi kanan otak secara alami melalui penggunaan warna dan gambar.

   Dengan begitu dapat dipahami bahwa ternyata gambar dan warna memiliki peran penting untuk membantu mengingat oleh otak. Dalam Mind Map digunakan gambar dan warna, peserta didik diajak mencatat dengan kreatif dan efektif sekaligus mengasah kemampuan eksplorasi otak untuk berpikir dan belajar menemukan informasi untuk memudahkan otak mengingat informasi tersebut ke dalam suatu bentuk grafis yang mengandung warna dan gambar.

1. Observasi Peserta Didik Externalizing Behavior
   Sebelum guru mengimplementasikan metode M2P berbasis android dalam pembelajaran, sangat perlu mengobservasi peserta didik externalizing behavior yang ada di setiap kelas. Jenis-jenis peserta didik externalizing behavior yang ada di SMAN 9 PANGKEP seperti tidak betah tinggal di dalam kelas (setiap jam 9 pagi atau tepatnya pergantian jam pelajaran peserta didik ini sudah menghilang dari kelas), cuek, tidak ada motivasi belajar, malas mengerjakan tugas, dan bolos dengan cara lompat pagar.

   Langkah awal yang penulis sekaligus guru mata pelajaran geografi lakukan adalah sharing dengan guru BK untuk mendapatkan informasi tambahan tentang peserta didik yang berada di kelas XII. IPS 1 berjumlah 3 orang. Data yang diambil dari guru BK menjelaskan bahwa ketiga peserta didik ini ternyata berasal dari keluarga menengah dan tidak mampu, kurangnya perhatian dari orang tua dalam pendidikan anak yang disebabkan oleh kesibukan sendiri sehingga aktifitas yang dilakukan anak di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat kurang diketahui, padahal orang tua adalah pendidikan pertama dan utama anak dalam menaiki tangga kehidupan.

   Hal itu dibuktikan dengan pemanggilan orang tua ke sekolah berkaitan dengan perilaku dan kehadiran anaknya di sekolah, ada yang merespon surat pemanggilan dan ada yang tidak.
Gambar 3 . Sharing dengan guru BK tentang peserta didik externalizing behavior 
dan rencana implementasi metode M2P berbasis android

   Observasi kedua dilakukan penulis dengan wali kelas peserta didik externalizing behavior yang berada di kelas XII.IPS 1. Wali kelas merupakan orang tua kedua yang paling banyak mengetahui tentang perilaku dan aktifitas keseharian anak walinya sehingga untuk memahami lebih dalam tentang perilaku externalizing behavior, penulis sharing dan meminta penjelasan dari wali kelasnya.

   Menurut wali kelas XII.IPS 1, ketiga anak walinya yang merupakan peserta didik externalizing behavior sejak akhir semester genap kelas XI.IPS 1 menampakkan perilaku malas mengikuti pelajaran, bolos sekolah, malas mengerjakan tugas dan tidak betah tinggal di dalam kelas sehingga pada jam pergantian pelajaran sudah bolos sekolah dengan cara lompat pagar.

Gambar 4. Sharing dengan wali kelas XII.IPS 1 dan menyampaikan rencana implementasi metode M2P berbasis android untuk peserta didik externalizing behavior

Dari penjelasan kedua guru di atas yaitu guru BK selaku monitoring utama peserta didik di sekolah dan wali kelas sebagai orang tua kedua disimpulkan bahwa peserta didik yang ada di kelas XII.IPS 1 memiliki perilaku externalizing behavior disebabkan karena kurangnya perhatian dari kedua orang tua sebagai pemeran utama dalam mendidik dan mengajarkan anaknya tentang pendidikan moral dan pendidikan karakter. Selain itu, pemahaman kedua orang tua juga masih minim tentang pendidikan karakter, sehingga yang perlu dan paling utama diberikan materi dan penjelasan tentang pendidikan karakter adalah orang tua peserta didik.

2. Mengenalkan Aplikasi Mind Map Berbasis Android
   Langkah awal yang penulis lakukan adalah mengumpulkan peserta didik externalizing behavior dalam satu kelas dan memberikan penjelasan tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting dikembangkan di sekolah karena terjadinya krisis moral anak bangsa. Seperti halnya yang terjadi di SMAN 9 PANGKEP antara lain : (1)bolos sekolah, (2)malas mengerjakan tugas, (3)kurangnya motivasi belajar, (4)siswa kurang kreatif dan inovatif dalam mengerjakan tugas, (5)tidak percaya diri/tidak optimis, (6)kurang peduli terhadap sesama teman/tidak memiliki etos kerja, (7)ada siswa yang mendominasi mengerjakan tugas/kompetisi yang tidak sehat, dimana hal ini tidak mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang saling menghargai, ulet dan kerja keras.

   Berdasarkan pengalaman guru dalam mengajar, peserta didik sebenarnya sudah termotivasi, kreatif, inovatif, produktif, tetapi dalam kegiatan yang lain yaitu menggunakan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari tetapi tidak menggunakannya dengan cerdas dan tidak berkualitas. Contoh nyata yang terjadi peserta didik hanya aktif, kreatif, inovatif dan produktif pada sosial media seperti facebook, line, path, BBM, whatsApp, telegram dan game online sehingga hanya terfokus pada kesenangan media online semata dan tidak menggunakan aplikasi tersebut ke dalam proses pembelajaran.

  Oleh karena itu tugas guru dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam menggunakan internet dengan cerdas dan mengimplementasikan teknologi digital dalam kegiatan pembelajaran. Penguasaan teknologi digital diyakini mampu membantu peserta didik dalam memahami dan memperoleh pengetahuan, pengalaman, sikap yang dapat membentuk karakternya.

 Bukan hal sulit dalam mengenalkan aplikasi M2P berbasis android kepada peserta didik externalizing behavior yang merupakan generasi digital native, karena mereka telah terbiasa menggunakan handphone dalam aktifitas sehari-hari. Sehingga penulis hanya sekali menjelaskan tentang tahapan pembuatan Mind Map mulai dari tahap penginstalan aplikasi Simple Mind Free, pengenalan menu aplikasi, pembuatan Mind Map hingga pada tahap presentasi.
Gambar 5. Observasi dan pengenalan aplikasi Simple Mind Free kepada peserta didik externalizing behavior

3. Membuat Mind Map Berbasis Android
   Aplikasi Simple Mind Free, adalah sebuah aplikasi android yang memungkinkan peserta didik untuk membuat peta pikiran dari antarmuka yang sederhana dan praktis. Peserta didik dapat langsung menggambar nodus dan koneksi diantaranya menggunakan gestur dan sentuhan. Menggunakan peta pikiran adalah cara yang paling praktis dalam mengekspresikan sekelompok ide secara visual, baik saat menyajikan sebuah proyek maupun perspektif pikiran atau rencana yang lebih teratur.

   Setelah proses penginstalan dan pengenalan menu-menu yang terdapat dalam aplikasi Simple Mind Free selanjutnya peserta didik externalizing behavior membuat Mind Map sesuai dengan materi yang telah ditugaskan masing-masing. Guru hanya memantau perkembangan tugas yang diberikan jika ada menu pada aplikasi yang kurang dipahami peserta didik karena aplikasi masih menggunakan bahasa asing.
Gambar 6. Membuat Mind Map menggunakan aplikasi Simple Mind Free

4. Presentasi Peserta Didik
  Langkah terakhir yang dilakukan oleh peserta didik externalizing behavior adalah mempresentasikan tugas yang diberikan. Presentasi adalah sebuah metode pembelajaran yang sangat perlu diimplementasikan kepada peserta didik karena presentasi mencakup suatu kegiatan berbicara di depan peserta didik yang lain. Peserta didik externalizing behavior dilatih dalam mengemukakan informasi berupa tugasnya tentang membuat Mind Map menggunakan aplikasi Simple Mind Free.

   Dalam presentasi peserta didik externalizing behavior juga menjelaskan cara menginstal aplikasi dan menjelaskan menu-menu yang terdapat dalam aplikasi Simple Mind Free. Kegiatan ini awalnya canggung dilakukan oleh peserta didik externalizing behavior karena selama ini malas mengerjakan tugas, tidak betah tinggal di dalam kelas sehingga ketiga peserta didik merasa malu dan kaku untuk berbicara dihadapan teman-temannya sehingga guru memberikan penguatan.

   Pada kegiatan presentasi terakhir, peserta didik externalizing behavior sudah menampakkan tanggung jawab dalam mempresentasikan tugasnya. Guru membagi ketiga peserta didik dalam tiga tahap penugasan. Peserta didik A, menjelaskan tentang cara menginstal aplikasi Simple Mind Free sampai pada menu-menu yang terdapat dalam aplikasi, peserta didik B, menjelaskan tentang cara membuat Mind Mapnya yang terdiri dari beberapa bentuk, peserta didik C, menjelaskan tentang materi yang ditugaskan dan cara menginsert materi ke dalam aplikasi Simple Mind Free.

   Proses pembinaan peserta didik externalizing behavior yang penulis lakukan melalui implementasi metode M2P berbasis android relevan dengan pendapat Council for Exceptional Children US (2001) mengidentifikasi keterampilan yang diperlukan peserta didik dalam mengajar anak dengan gangguan emosi dan perilaku (Weiss dalam Hallahan dan Kauffmann, 2006) dalam Mardiah (2018:12), sebagai berikut :
1. Mengetahui strategi pencegahan dan intervensi bagi individu yang beresiko mengalami gangguan
    emosi dan perilaku.
2. Menggunakan variasi teknik yang tidak kaku dan keras untuk mengontrol tingkah laku target dan
    menjaga atensi dalam pembelajaran.
3. Menjaga rutinitas pembelajaran dengan konsisten, dan terampil dalam problem solving dan
    mengatasi konflik.
4. Merencanakan dan mengimplementasikan reinforcement secara individual dan modifikasi
    lingkungan dengan level yang sesuai dengan tingkat perilaku.
5. Mengintegrasikan proses belajar mengajar (akademik), pendidikan afektif, dan manajeman
    perilaku baik secara individual maupun kelompok.
6. Melakukan asesmen atas tingkah laku sosial yang sesuai dan problematik pada peserta didik
    secara individual.

B. Gambaran Sikap dan Minat Belajar Peserta Didik Externalizing Behavior Pasca 
     Implementasi Metode M2P Berbasis Android

   Kegiatan implementasi metode M2P berbasis andoid telah dilaksanakan dalam beberapa tahapan mulai dari observasi kepada guru BK dan wali kelas, kemudian tahap penginstalan dan pengenalan menu-menu aplikasi, tahap pembuatan Mind Map dan terakhir tahap presentasi. Kegiatan berdampak positif dan merubah pola pikir peserta didik externalizing behavior yang selama ini cuek, malas mengerjakan tugas bahkan tidak betah tinggal di dalam kelas kemudian bolos dengan cara lompat pagar.

   Mengubah kebiasaan buruk peserta didik externalizing behavior seperti malas, mengerjakan tugas, bolos dan lompat pagar untuk menjadi lebih baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun hal ini adalah tanggung jawab bersama seluruh pendidik di SMAN 9 PANGKEP. Masalah peserta didik externalizing behavior tidak boleh fakum dalam waktu yang lama karena akan berdampak kepada peserta didik yang lainnya dan berdampak besar bagi masa depan peserta didik externalizing behavior itu sendiri.

   Penulis sekaligus guru mata pelajaran geografi mengambil langkah positif dengan mengadakan observasi langsung terhadap peserta didik externalizing behavior sehingga penulis memahami apa yang selama ini dirasakan, dialami dan keinginan peserta didik tersebut. Salah satu yang diinginkan peserta didik externalizing behavior adalah penggunaan teknologi dalam pembelajaran seperti yang penulis terapkan yaitu menggunakan aplikasi Simple Mind Free dalam membuat Mind Map.

   Kebiasaan cuek, tidak betah dalam kelas dan berujung kepada perilaku bolos melalui cara lompat pagar diakui peserta didik dilakukan karena menemukan lingkungan baru di luar sekolah yang lebih perhatian dan menarik bagi mereka. Di lingkungan luar sekolah peserta didik externalizing behavior mendapatkan kesempatan mengexplorasi diri dengan handphone yang dimiliki, misalnya menggunakan video game online, menemukan teman yang memiliki pola pikir yang sama sehingga lingkungan di luar sekolah lebih nyaman bagi mereka.

   Inilah yang membuat penulis mengimplementasikan metode M2P berbasis android dalam proses pembelajaran untuk peserta didik externalizing behavior berupaya memberikan perlakuan yang diinginkan oleh generasi digital native. Seperi yang dikatakan oleh Ali Bin Abi Thalib “didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Guru hanya perlu meningkatkan kompetensinya melalui pembelajaran baik melalui grup MGMP, pembelajaran online maupun belajar sendiri.

   Dari hasil pembelajaran menggunakan metode M2P berbasis android menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar peserta didik externalizing behavior dan terjadi perubahan perilaku yang lebih baik atau perilaku positif. Hal ini ditunjukkan dengan bertanya kepada guru mata pelajaran tentang tugas-tugas yang belum dikerjakan, melengkapi jurnal catatannya, rajin datang ke sekolah, mengikuti pembelajaran di kelas dan tidak bolos. Peningkatan minat belajar dan perilaku peserta didik dapat dilihat dari tabel penilaian di bawah ini.



BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Setelah melakukan kegiatan best practice bagi peserta didik externalizing behavior, penulis menyimpulkan sebagai berikut :
a. Perilaku peserta didik externalizing behavior yang ada di SMAN 9 PANGKEP berupa malas
    mengerjakan tugas, cuek, tidak betah tinggal di dalam kelas (meninggalkan sekolah setiap
    pergantian jam ketiga) bolos sekolah dengan cara lompat pagar.
b. Bentuk best practice yang dilakukan dalam mendidik dan mengubah pola pikir, perilaku dan minat
    belajar peserta didik externalizing behavior seperti : observasi peserta didik, sharing dengan guru
    BK dan wali kelas, mengenalkan metode M2P berbasis android berupa aplikasi Simple Mind Free
    untuk membuat Mind Map atau Peta Pikiran dan presentasi tugas sebagai bentuk tanggung jawab.
c. Perkembangan nilai sikap dan minat belajar pasca implementasi metode M2P berbasis android
   dalam pembelajaran menunjukkan bahwa pada umumnya terjadi perubahan positif. Perilaku yang
   kurang baik seperti malas mengerjakan tugas dan bolos sekolah sudah tidak dilakukan, tapi perlu
   untuk dipantau.

B. Saran
   Setelah implementasi best practice M2P berbasis android dalam pembelajaran, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Peserta didik externalizing behavior memiliki kecerdasan dan perilaku yang baik, lingkungan di
    luar sekolah yang mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku dan minat belajar yang
    menurun, sehingga tugas orang tua selaku pendidik pertama dan utama dan guru selaku orang tua
    kedua memberikan bimbingan, dan perhatian.
2. Diperlukan kerjasama antara semua stakeholder di sekolah untuk kemajuan pendidikan peserta
    didik.


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Nurkholis. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Mind Map Berbasis Adobe Flash Dalam Pokok Bahasan Transistor Di SMK Negeri 1 Magelang. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Erika Okumora. Aplikasi Resmi Uptodown untuk Android.

Fitri Wijayanti. 2018. Media Pembelajaran Mobile Dengan Menggunakan Mind Map Sebagai Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Sistem Komputer Di SMK Negeri 3 Buduran Sidoarjo. Jurnal IT-EDU Volume 03 Nomor 01 Tahun 2018.

Mardiah. 2018. Implementasi Budaya Sipakatau, Sipakainge dan Sipakalebbi Dalam Mendidik Peserta Didik Tunalaras Di SMA Negeri 11 Pangkep.

Mukarrama Ismail. 2017. Creative Bermedia. Buku Bersama Guru Geografi Indonesia Mutiara Khatulitiwa.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

Susilo Tri Widodo, Rudi Salam, dan Fitria Dwi Prasetayaningtyas. 2016. Pemanfaatan Aplikasi Mind Map Sebagai Media Inovatif Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Jurnal. PKn Progresif, Vol. 11 No. 1 Juni 2016.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Subscribe to receive free email updates:

18 Responses to "BEST PRACTICE PEMENANG KE 3 LOMBA MENULIS ARTIKEL PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT NASIONAL TAHUN 2019"

  1. Keren, Bu Ukha... Selamat ya, Bu.
    Yarnita

    BalasHapus
  2. Luar biasa tulisanx Bu, selamat atas juara yg diperoleh. Sampai skrg saya masih merasa punya hubungan emosional dgn sekolah tempat ibu mengajar meskipun sy hanya pernah beberapa tahun mengabdi di sebelahx di SMPN 1 Ma'rang (waktu itu belum ada SMA di Ma'rang)

    BalasHapus
  3. Terima Kasih bu
    Oh pernah ki ngajar di sana

    Jadi skr ibu mengajar di mana

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Sama2 bu,,,,terima kasih juga sudah mampir ke blog saya

      Hapus
  8. Balasan
    1. Iya kak,,,,,kapan ketemu nich…..semoga secepatnya ada egiatan GEONUSA jadi kita semua dapat berjumpa

      Hapus